![]() |
Foto : Istimewa |
Oleh: Adjie Alfaraby (Direktur LSI Denny JA)
Kemenangan telak Andi Sumangerukka (ASR) dan Hugua dalam Pilkada Sulawesi Tenggara 2024 bukan sekadar angka statistik. Itu adalah cermin dari besarnya ekspektasi rakyat terhadap perubahan nyata di Bumi Anoa. Di tengah kekecewaan publik atas kesenjangan antara potensi sumber daya alam dan kesejahteraan rakyat, sosok ASR-Hugua hadir membawa semangat baru. Semangat yang saat masa kampanye digelorakan dengan slogan “Pemimpin Bersih, Rakyat Sejahtera”.
Di balik angka 52,39 % yang mereka raih, tersembunyi harapan kolektif masyarakat Sultra yaitu hadirnya pemimpin yang bersih, tegas, dan berpihak pada kesejahteraan rakyat. Dan kini setelah kurang lebih 100 (seratus) hari menjabat, saatnya tagline dan semangat tersebut diuji oleh publik.
Tepat 20 Februari 2025 lalu, ASR-Hugua dilantik dan langsung tancap gas. Tak ada waktu terbuang dalam perdebatan simbolik atau retorika elitis. Dalam rapat Paripurna DPRD awal Maret 2025, ASR menyampaikan secara resmi 39 program unggulan mereka, sebagai bagian dari strategi 100 hari kerja pertama untuk mewujudkan visi “Sultra Maju, Berdaya, dan Berkah”.
Yang patut diapresiasi, komitmen itu tak berhenti di panggung politik. Dalam perjalanan 100 hari pertama, sebagian besar program tersebut sudah mulai dirasakan masyarakat. Beberapa program unggulan yang menjadi sorotan publik antara lain program “Beasiswa Generasi Sultra” bagi mahasiswa dari keluarga tidak mampu, “Penggaris” (Perlengkapan dan Seragam Sekolah Gratis) untuk pelajar SMA/SMK, asuransi kesehatan gratis, serta layanan ambulans darat dan laut gratis, yang semuanya memang dirancang untuk menjangkau langsung kebutuhan dasar masyarakat.
ASR-Hugua membuktikan bahwa program 100 hari pemerintahan tak hanya lip service belaka. Contohnya, pada sektor pendidikan, program “Beasiswa Sultra Maju” yang sebelumnya hanya sebatas rencana kini telah membuka pendaftaran bagi ribuan mahasiswa aktif dari jenjang S1 hingga S3. Bagi mereka yang memiliki hasil tes IQ minimal 120 juga telah dibuka kesempatan beasiswa untuk pendidikan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan pada peringatan hari pendidikan nasional 2 Mei 2025 lalu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) telah menyerahkan beasiswa pendidikan kepada pelajar mulai dari jenjang sekolah menengah atas (SMA) hingga program doktoral (S3).
Dalam sektor ketenagakerjaan, demi mendorong ekonomi daerah, mengurangi tingkat pengangguran, serta menjembatani pencari kerja dan dunia usaha, pemerintahan baru ASR-Hugua menfasilitasi kegiatan Job Fair yang telah dilangsung pada akhir April 2025 lalu. Di sektor pertanian dan perikanan, penyaluran distribusi pupuk bersubsidi secara massif untuk peningkatan produksi komoditas strategis, dan fasilitas perikanan seperti revitalisasi dermaga pendaratan ikan di Kendari, dituntaskan dalam 100 hari kerja.
Sementara itu, program “Jamaah” (Jalan Mulus Antar Wilayah) juga telah mulai dengan memperbaiki konektivitas antar kabupaten yang selama ini menjadi keluhan masyarakat dan pelaku ekonomi lokal.
Dalam aspek tata kelola pemerintahan, sejak hari pertama, ASR-Hugua membuktikan bahwa mereka serius menjaga marwah kepemimpinan yang bersih. Salah satu pencapaian penting yang layak digarisbawahi adalah perubahan budaya birokrasi. ASR-Hugua menandatangani pakta integritas dengan seluruh kepala OPD dan menyusun perjanjian kinerja sebagai instrumen pengawasan. Ini adalah langkah strategis yang jarang dilakukan secara serius oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.
Pendekatan ini menandakan bahwa Sulawesi Tenggara tidak lagi hanya dibangun dari atas ke bawah, tetapi dengan prinsip kolaboratif dan akuntabilitas. Pemerintahan yang mereka bangun tidak ingin sekadar responsif, tetapi juga antisipatif terhadap tantangan jangka menengah dan panjang. Dan yang lebih penting lagi adalah mereka menyadari bahwa pemerintahan yang bersih adalah salah satu kunci utama untuk menjaga wibawa pemerintahan dan kepercayaan publik.
Jalan Panjang Masih Terbentang, Tapi Arah Sudah Jelas Meski baru seumur jagung, namun gebrakan program dalam 100 hari pemerintahan ASR-Hugua telah menunjukan komitmen, kerja cepat, dan tentunya arah kemajuan yang nyata. ASR-Hugua bukan hanya membawa semangat perubahan, mereka membuktikan bahwa perubahan itu bisa dimulai sekarang, dengan perencanaan matang, keberanian mengambil keputusan, dan kemauan mendengar rakyat. Mereka menjaga harapan publik, dengan kehadiran nyata pemerintahan dalam bentuk program yang populis.
100 hari hanyalah langkah awal. Dalam politik pasca pemilu, biasanya kita mengenal istilah bulan madu politik (political honeymoon). Istilah ini mengacu pada periode dimana publik terutama pemilihnya cenderung memberikan toleransi, ekspektasi positif, dan dukungan tinggi terhadap kepemimpinannya, bahkan jika belum ada hasil yang konkret yang tampak.
Namun masa bulan madu tentu ada batasnya. Sejarah menunjukan bahwa rata-rata masa bulan madu pemimpin hanya berlangsung 6-12 bulan pertama sebuah pemerintahan. Setelah itu, kepercayaan dan harapan harus dibayar tunai dengan hasil. Bila tidak, dukungan akan cepat memudar.
Belajar dari pengalaman semua pemerintahan, pasca 100 hari, tantangan akan berbeda. Persoalan-persoalan klasik pemerintahan akan bermunculan. Masalah budaya birokrasi, sinergitas antar sektor, antar lintas pemerintahan (provinsi dan kabupaten/kota) bisa menjadi kendala dan membuat program terhambat. Bahkan tantangan fiskal, keterbatasan anggaran, di tengah komitmen efisiensi anggaran pemerintah pusat, juga akan menguji sejauh mana janji kampanye bisa direalisasikan secara berkelanjutan.
Tentunya semua persoalan yang menjadi pekerjaan rumah pemerintahan sebelumnya, tak akan terjawab dalam 100 hari pertama. Setidaknya publik bisa melihat secercah harapan bahwa pemerintahan bisa hadir dan bekerja tanpa harus menunggu lima tahun untuk menunjukkan hasilnya. Sulawesi Tenggara sedang bergerak. Dan dalam pergerakan ini, ASR dan Hugua memulai dengan langkah yang pasti. 100 hari yang bukan hanya kerja, tapi juga fondasi untuk lima tahun pemerintahan mereka.